Siang itu sepulang sekolah, adek Tsabit bilang kalau haus dan ingin beli minuman dingin. Minuman yang diambil sesuai yang diinginkan. Namun, setelah sampai di kasir, Adek Tsabit meminta sebuah coklat yang kemasannya seperti telur. Saya cukup paham, sebenarnya yang diinginkan bukanlah coklat nya. Dek Tsabit menginginkan mainan yang ada di dalamnya. Yang belum jelas mainan apa itu. Mungkin karena pengaruh Iklannya di TV dedek tau kalau isinya bukan hanya coklat. Dengan tegas saya bilang, “Adek tidak boleh beli itu !”. “Alaaaaah Buuuuun”. Sambil manyun dan terus merajuk, dan akhirnya menangis.
Kalau di kasir tidak antri mungkin hal ini tidak akan terjadi. Adek mengeluarkan segala jurus jitu nya supaya saya bilang “iya, boleh”. Namun saya tetap pada pendirian. Perlahan, saya terangkan bahwa adek tidak boleh beli itu karena tidak ada lebel halal nya. Ternyata pernyataan saya itu menarik perhatian seorang nenek.
Dengan nada keras beliau berkata, “Mbok ya di belikan to jeng, wong ndak seberapa aja lo, sini biar saya yang bayar !”.
“Terima kasih uti, ndak perlu repot”. Jawab saya. Adek tetap menangis malah pakai aksi berguling di lantai.
“kasian itu lo, anaknya sampe nangis begitu”. Jawab nya makin kesal kepada saya.
“Maaf uti, jajanan ini tidak ada lebel halal nya, kami tidak membiasakan anak-anak untuk membeli jajanan tanpa lebel halal, biarkan saja begitu, nanti juga diam kok”. Jawab saya santai.
“halah yo,…ribet banget se, wong Cuma soklat aja kok pake halal haram. Babi kui jelas haram !!!”. Sembari berlalu dengan muka marahnya.
Lah, ini anak, anak saya. Kenapa dia yang sewot ya ???
Continue reading Mengenalkan Kepada Anak Logo Halal Sejak Dini ? Kenapa Tidak !!!!