“Balenan Lamaran” Perlu kah ??? Jika Dihilangkan Akan Menghemat 4 Juta Rupiah Lo…!!!

    Ketika perempuan bertanya, “mau dibawa kemana sih hubungan kita ini ?”. ini salah satu tanda bahwa ia sudah siap menerima pinangan dari seseorang. Atau sudah siap untuk menikah.

    Wanita baik hanya untuk lelaki yang baik. Maka sangat disarankan kepada semua lelaki untuk meminang seorang wanita karena agamanya. Memahami istilah lamaran semakin lama semakin berkembang. Tradisi dan budayanya semakin lama semakin meluas. Awalanya lamaran adalah sebuah proses dimana kelurga laki-laki menanyakan kepada pihak perempuan. Apakah anak gadis itu sudah ada yang “memiliki” tau belum. Jika belum, keluarga laki-laki berniat untuk menjadikannya menantu. Itu pun yang datang hanya beberapa orang dari keluarga inti calon suami.

    Budaya lamaran berkembang seiring dengan adat istiadat suatu daerah. Jumalah pengikutnya pun semakin berkembang. Yang tadinya hanya 2-3 orang saja, sekarang bisa membawa 1 mini bus. Kurang lebih budayanya seperti ini :

    Dikasih "peningset" sama calon mertua. Tandanya sudah dilamar :)
    Dikasih “peningset” sama calon mertua. Tandanya sudah dilamar 🙂

    1. Pasangan yang memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Mengabarkan kepada orang tua bahwa mereka ingin menikah. Tahap awal adalah, calon istri dikenalkan dulu. Kemudian diberi kabar kapan keluarga laki-laki akan datang ke rumah untuk melamar.
    2. Setelah keduanya disepakati untuk “lamaran”. Ada proses dimana calon suami membelikan beberapa barang untuk calon istrinya. Mulai dari perhiasan, Satu stel baju dkk, sepaket make-up, sepatu atau sandal. Pokoknya semua barang yang berhubungan dengan penampilan fisik. kalau jaman dulu mah, nerima aja tuh calon istri sama barang-barang yang dibawakan. Beda lagi sama perempuan jaman sekarang, mereka milih sendiri, bahkan berangkat ke toko nya juga ikut lo.

    ini isinya kue-kue, baju-baju, make-up, sepatu, dll untuk bingkisan lamaran
    ini isinya kue-kue, baju-baju, make-up, sepatu, dll untuk bingkisan lamaran

    3. Baru lah proses lamaran dijalankan. Calon suami membawa orang tuanya, semua sanak saudara, dan tetangga dekat. Nah, untuk mengangkut semua orang yang ikut, tentu saja membutuhkan kendaran lebih. Karena tidak semua orang punya mobil. Maka yang punya hajat harus menyiapkan mobil, minimal pinjam atau sewa. Pihak laki-laki juga membawa banyak makanan dan bingkisan untuk diberikan kepada pihak wanita.
    4. Di rumah calon istri ndak kalah rempong lo,..beserta keluarga besarnya. Ia menyiapkan hidangan dan suguhan apa yang akan disajikan. Mulai ari ayam bakar hingga es oyen masuk dalam daftar hidangan. Maklum lah, aga ribet karena yang datang keluarga calon suami.
    5. ketika dipertemukan, juru bicara mulai melakukan tugasnya, yakni memohon calon istri untuk menjadi menantu di keluarganya. Sebelumnya, bingkisan yang dibawa sudah di serahkan kepada calon istri. Setelah pembicaraan yang cukup lama dan dianggap jelas. Makan-makan menjadi penutup. Tentu saja pulang dengan membawa bingkisan “sekotak kue” dari calon istri.

    Seharusnya, proses ini menjadi proses terakhir dari sebuah prosesi lamaran. Pada kenyataannya tidak, Masih ada proses yang harus dilakukan oleh keluarga perempuan. “Balenan lamaran” istilahnya dari bahasa jawa “balenan” artinya mengembalikan. Intinya proses ini adalah melakukan pengembalian atas apa yang dibawa oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Alasannya adalah
    1. Membalas budi atas semua yang telah diberikan kepada pihak perempuan. Bukankah sudah terbalas, ketika pihak laki-laki membawa banyak bingkisan. Tamu yang ia ajak serta sudah diberi jamuan dan bingkisan untuk dibawa pulanh.
    2. Menjawab lamaran. Ah, apalagi ini sudh sangat jelas. Apalagi yang harus dijawab ? dari awal keluarga perempuan sudah memilih sendiri barang-barang untuknya. Mempersiapkan hidangan untuk penyambutan. Dan menerima semua bingkisan yang dibawa oleh pihak laki-laki. Ini sudah sangat menjelaskan bahwa ia amau diperistri oleh laki-laki tersebut, dan keluarganya pun menerima.
    3. Menentukan tanggal pernikahan. Terlalu banyak musyawarah kadang kurang baik. Perihal tanggal pernikahan, sebaiknya pihak perempuan memasrahkan kepada pihak laki-laki, karena laki-lakilah yang akan menikahinya. Sebaiknya, ketika melangsungkan lamaran, pihak laki-laki sudah menentukan tanggal pernikahan. Semakin cepat semakin baik.

    “Balenan lamaran” jika tidak dimasukkan dalam daftar kegiatan pra nikah. Akan menghemat berapa pos belanja. Minimal calon suami harus mempersiapkan 3 juta untuk semua bingkisan dan transportasi. Dan calon istri harus mempersiapkan minimal 2 juta untuk menjamu tamu yang datang. Semakin banyak orang yang dibawa oleh calon suami, semakin banyak pula hidangan yang harus disiapkan.

    Jika “balenan lamaran” ini dilaksanakan calon istri minimal menyedikan 2 juta rupiah untuk bingkisan dan transportasi. kok ndak 3 juta ? karena calon istri tidak perlu membelikan baju, make-up dan perhiasan untuk calon suaminya. Dan calon suami harus menyiapkan minimal 2 juta untuk menjamu tamu-tamunya.

    Monggo,…pilih yang mana ? menghemat 4 juta atau mengeluarkan 4 juta ? Semua hal bisa dikomunikasikan, jika sebuah budaya yang diciptakan oleh manusia, justru membawa pada hal-hal yang kurang bermanfaat, sebaiknya dipilah-pilah. Dahulukan yang penting saja. Bisa menghemat 4 juta mau dong.

    Berlangganan ke Blog via Email

    Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

    Bergabung dengan 150 pelanggan lain

    One Comment

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Eksplorasi konten lain dari Lara Asih Mulya, S.Pd.

    Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

    Lanjutkan membaca