Kesalahan Guru Jangan Digugu lan Ditiru

    “Ibarat cermin, guru harus menjadi cermin yang bersih, bukan cermin yang kotor bagimuridnya. Jika ada murid yang kotor dan bercermin pada cermin yang bersih, ia dapatmelihat kotoran yang melekat pada tubuhnya. Sebaliknya, jika ada murid yang kotor danbercermin pada cermin yang kotor, ia akan kesulitan melihat kotoran yang melekat padatubuhnya. ” (Masykur Arif Rahman).

    Menjadi seorang guru bukanlah hal mudah. Selain beban mencerdaskan anak bangsa. Guru harus selalu menjaga sikap, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah. Karena sudah melekat bahwa guru adalah sosok yang patut untuk digugu lan ditiru. Pribadi yang bisa dipercaya dan diteladani. Membaca buku berjudul “Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar mengajar” karyaMasykur Arif Rahman membuat saya sadar. Ternyata disadari atau tidak masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh seorang guru. Yang tanpa disadari sering ditiru oleh siswanya. 
    1. Duduk di Atas Meja Ketika Mengajar.
         Meja dan kursi yang disediakan di sekolah tentunya memmiliki fungsi masing-masing. Tentu  saja Meja untuk menulis dan kursi sebagai tempat duduk. Namun tanpa sadar, ketika guru menerangkan sering duduk di atas meja siswa yang paling depan. Mungkin maksudnya supaya lebih dekat dengan siswanya, dan menimbulkan kesan santai dalam pembelajaran. Sikap seperti ini tanpa sengaja mengajarkan kepada siswa bahwa meja itu boleh di duduki. Tak jarang ketika jam istirahat, saya sering melihat siswa membawa makan ke kelas. Kemudian dinikmati bersama teman-teman mereka, dengan posisi duduk di atas meja dan kursi sebagai pijakan kaki. Jika memang ingin lebih dekat dengan siswa ketika pelajaran berlangsung cukup dengan berdiri dengan jarak lebih dekat ke meja siswa. Tak perlu duduk di atas meja. Yang terkadang sikap seperti itu membuat siswa yang mejanya diduduki menjadi risih.
    2. Mengajar berkerudung, di rumah tidak !
         Ini kebiasaan guru perempuan. Jika mengajar di sekolah islam tentunya wajib menggunakan jilbab. Tentu saja murid dan guru perempuan harus seragam. Maka berhati-hatilah guru yang jika mengajar berkerudung, jangan sampai murid anda melihat anada di pasar, di warung, atau di tempat lain tidak mengenakan jilbab. Sebagian orang menganggap ini hal sepele. Tapi ini sanat fatal. JIka siswa sering melihat guru perempuannya pakai-lepas kerdung sembarangan. Bisa jadi ia meniru, toh bu matem di rumah ga pernah pake jilbab. Yang paling parah adalah ketika pelajaran olahraga (lari keluar sekolah) banyak siswa yang melepas jilbabnya di pinggir jalan. Alasannya gerah, lari ditutupi jilbab. Namn, jika selalu diajarkan dan diberi teladan, Insyaallah hal semacam ini tidak akan terjadi.
    3. Murid melepas sepatu, guru bersepatu.
         Adanya dana dari pemerintah, membuat banyak sekolah membenahi bangunannya. Termasuk  mengganti lantai sekolah dengan keramik. Rata-rata, sekolah menggunakan warna putih untuk keramiknya. Karena keramik itu lebih indah dipandang jika bersih, lahirlah peraturan untuk tidak menggunakan sepatu di dalam kelas. Iuran yuuuuuk, 1000 an buat beli rak sepatu, atau pake uang kas kelas aja :). Saya sering menjumpai pemandangan semacam ini. Ketika sampai di depan kelas masing-masing, siswa langsung melepas sepatu mereka. Masuk kelas hanya menggunakan kaos kaki, ada juga yang telanjang kaki. Semua sepatu mereka simpan rapi pada raknya. Namun, ketika bel berbunyi, guru masuk kelas, eeeeehhhh dengan santainnya sepatu hitamnya dibawa ke dalam kelas. Maksudnya gimana Bapak/Ibu ? jika siswa punya aturan melepas sepatu supaya lantai tidak kotor, yuk sama-sama. Jangan takut kehilangan kharisma ya hanya karena mengajar tak menggunakan sepatu :). Tujuannya adalah memberi teladan kepada siswa.
    4. Murid antri mencium tangan, guru duduk bersilang kaki, cuek bebek.
         Tanpa sengaja saya lewat di depan sebuah SDN. Sepertinya selesai upacara. Siswa harus tertib masuk kelas dengan mencium tangan guru. Mungkin maksudnya supaya tetap menghormati. Sayangnya, Guru yang dicium tangannya itu malah duduk bersilang kaki sembari ngobrol dengan rekan guru lain yang akan masuk di kelas sebelahnya. Tanpa melihat sedikit pun wajah murid-muridnya. Maksudnya apa? Katanya dengan membiasakan murid mencium tangan guru membudayakan sikap hormat dan meminimalisir kekurang ajaran siswa. Lah kalau sikap gurunya begitu, jangan salahkan muridnya jika bertemu diluar sekolah malas untuk menegur.
    Saya pun seorang guru. Pernah juga bersalah. Semoga ini menjadi pelarajan untuk semua guru yang pernah bersikap seperti ini pada siswanya. Terutama saya pribadi, semoga selalu mengoreksi diri sendiri 🙂
    Yuk jadi guru yang patut digugu lan ditiru 🙂

    Berlangganan ke Blog via Email

    Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

    Bergabung dengan 150 pelanggan lain

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Eksplorasi konten lain dari Lara Asih Mulya, S.Pd.

    Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

    Lanjutkan membaca