“Baby Blues” Pada Ayah !…Sama Kah Dengan “Baby Blues” Pada Bunda ???

    Memiliki anak tentu saja atas kinerja dua orang. Ayah dan bunda. Jika keduanya tidak bekerja sama dengan baik, maka tidak akan tercipta sebuah hubungan yang sehat. Merencanakan kelahiran seorang anak pun harus melampaui kesepakatan bersama. ketika anak sudah lahir, jangan sampai ada kalimat yang keluar dari ayah perihal merawat anak.
    “Tugas bunda ya merawat anak, ayah hanya kerja, kerja,kerja”.

    Namun, tahukah bunda, ada kondisi dimana ayah mengalami “baby blus”. Tulisan sebelumnya berjudul “Apa itu Baby Blues ? Yang Baru Melahirkan Perlu Baca ini !.”. Yang membahas mengenai “baby blues” yang menjangkit para ibu. Ayah bisa kena juga ? ah masak sih ?

    Ada beberapa hal yang menyebabkaan ayah terkena “baby blues”. Jika pada ibu “baby blues” lebih banyak dipengaruhi oleh faktor hormon yang meningkat. “Baby blues” pada ayah disebabkan karena adanya tekanan pada psikis nya.

    No Baby Blues ya yah,...
    No Baby Blues ya yah,…

    1. Terganggunya waktu bekerja. Kebetulan suami saya bekerja dari rumah. Sebut saja “programmer”. Saya pun sempat bertanya, “ayah pernah baby blues?”. dan beliau menjawab pernah.Kebetulan suami saya bekerja dari rumah. Sebut saja “programmer”. Sudah kami siapkan ruangan khusus, namanya anak-anak tentu belum paham jika ayah di depan laptop atau sedang di ruangan itu berarti ayah sedang bekerja. Tetap saja ada rengekannya yang membuat kami menyerah, dan akhirnya mengalah untuk lebih memperhatikan dia. kondisi ini menjadi buruk, karena progres nya kurang maksimal. Karena banyaknya ide yang terlalu lama tertunda. Menyiasati hal ini, saya menyarankan kepada suami untuk kos di luar kota, sembari mendekati teman-teman yang satu profesi. Dan pulang ke rumah setiap jumat sore, senin pagi kembali lagi. Kedengarannya memang konyol dan buang-buang tenaga serta uang. Namun, cara ini cukup efektif, baik dari segi psikis suami dan anak-anak. Terlebih adanya peningkatan dari segi finansial.
    2. Merasa diabaikan dan kurang perhatian. Bunda mungkin terlalu bersemangat karena kelahiran buah hati. Setiap hari lebih memprioritaskan si kecil dari pada ayahnya. Terlebih lagi jika ada tamu yang berkunjung ke rumah untuk menengok si kecil. Saat seperti ini, kecemburuan ayah meningkat sangat tinggi. Rasanya aneh dan lucu cemburu pada anaknya sendiri. Namun, pada kenyataannya terjadi lho bun. Yang bunda dan ayah perlu lakukan adalah meluangkan beberapa waktu untuk berdua setiap harinya. Misal, hanya makan malam saja yang makan di luar. Atau melakukan kegiatan yang romantis setelah si kecil tidur ๐Ÿ™‚
    3. Tidak siap dengan keuangan. Kehamilan kadang tidak disangka-sangka. Bagaimanapun kita merencanakan, jika Allah belum berkata ya, apa mau dikata. Ketika kehamilan datang lebih cepat dari yang dibayangkan, seharusnya ayah sudah siap dengan segala resiko. namun, sebagian orang berada pada kondisi yang tidak sama. Terlalu khawatir tidak dapat mencukupi dari segi materi, akan membuat ayah berpikir terlalu keras. Sehingga melupakan banyak kesenangannya. Hal ini menyebabkan emosi ayah kurang stabil. Jika ini terjadi, sejak kehamilan istri berusaha menambah penghasilan dengan beragam cara yang hahal akan lebih membantu. Misalnya, berdagang.
    4. Belum siap merawat bayi. Merawat anak memang difokuskan kepada ibunya. namun, bantuan ayah sangat dibutuhkan. Bagaimana cara menggendong, menggantikan popok ketika jaga malam, menenangkan anak ketika menangis. tidak semua laki-laki bisa melewati hal ini. Namun, semua laki-laki bisa mempelajari hal ini. Untuk menghindari hal semacam ini, bunda jangan berikan tugas yang langsung menguras pikiran ayah. Berikan tugas-tugas yang lebih ringan, misalnya menjemur pakaian, atau menunggu anaknya yang sedang tidur di box selama bund mandi atau masak. Dan biarkan ayah melakukan hobinya selama menjaga si bayi. Supaya tidak bosan dan stres.
    5. Adanya faktor eksternal yang mengganggu pikiran ayah. Faktor ekternal yang saya maksudkan banyak jenisnya. Misal, maslah pekerjaan yang berat. Atau masalah keluarga (misal, pernikahan tanpa restu dari orang tua). Atau kondisi dimana ayah atau bunda menikah bukan karena cinta (perjodohan). Dan masih banyak maslah lainnya. jika ini yang memicu ayah menjadi “baby blues” sebaiknya segera dilakukan komunikasi internal. Dan tanyakan apa yang menjadi keinginan ayah. Supaya tidak lagi menjadi beban hidupnya.

    Coba, bunda tanyakan sama ayah, pernah tidak mengalami hal ini ? jika iya. Segera dicari solusinya ya,…:) karena saling toleran dalam segala hal berhubungan dengan rumah tangga itu sangat indah. Ayah paham akan beratnya tugas seorang bunda. begitu juga sebaliknya, bunda paham akan berat dan banyaknya visi misi yang harus dipikirkan dan direalisasikan oleh seorang ayah. Semuanya demi kesejahteraan keluarganya.

    Semoga bermanfaat.

    Berlangganan ke Blog via Email

    Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

    Bergabung dengan 150 pelanggan lain

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Eksplorasi konten lain dari Lara Asih Mulya, S.Pd.

    Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

    Lanjutkan membaca