Salah satu kendala dalam pembelajaran adalah rasa bosan. Entah itu terjadi pad siswa atau guru. Ketika rasa bosan sudah mempengaruhi proses belajar mengajar, ada beberapa hal yang dilakukan siswa. Misalnya :
- Ngobrol dengan teman sebangku via memo. Seolah-olah siswa tersebut mencatat hal penting yang disampaikan guru. Pada kenyataannya mereka sedang asik berbincang tentang hal yang lebih menarik (musik, film, gossip, bahkan tak jarang membicarakan guru yang sedang mengajar).
- Menggambar. Hal kedua yang sering dilakukan siswa ketika bosan dengan suasana belajar yang itu-itu saja.
- SMSan, FB-an, YMan, dll
Tentunya sangat tidak menyenangkan jika seorang guru mengetahui anak didiknya berperilaku seperti itu. Dalam hati sudah merasa bahwa upaya menyampaikan pelajaran sudah maksimal. Namun kenyataannya masih ada pula siswa yang merasa bosan. Dalam hal ini jangan menyalahkan siswa saja. Guru pun harus intropeksi diri, sudah tepatkah cara saya dalam menyampaikan pelajaran. Toleransi akan kondisi siswa sangat dibutuhkan ketika rasa bosan sudah melanda.
Salah satu cara mengatasi hal ini adalah belajar di luar kelas. Semua cara harus tepat guna. Usahakan ketika pembelajaran dilakukan di luar kelas, materi yang akan disampaikan bukanlah materi yang membutuhkan konsentrasi penuh. Contohnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Materi pembuatan dan pembacaan puisi sangat bagus diajarkan di luar kelas. Menciptakan suasana belajar di luar kelas tidak lah sulit.
- Pilih materi yang ringan, yang bisa diselingi dengan permainan dan candaan.
- Pilih waktu dan suasana yang mendukung. Misalnya pada jam terakhir dan langit sedang tidak mendung.
- Bagi siswa dalam kelompok=kelompok kecil supaya lebih terkondisikan.
- Mulai proses pembelajaran dengan berbagi ide dengan siswa.
Perlu diketahui tidak semua materi pelajaran dapat dibawa ke luar kelas. Jadi sesuaikan dengan situasi dan kondisi. Baik itu kondisi cuaca, materi, siswa, dan guru.
thanks infonya menarik….
aquw baca blog ini…
ada ga literature yg menjelaskan tentang belajar outdoor?
aslm, mbak Laras. Salam.
saya tertarik dengan isi blog mbak Laras, khususnya yang bertemakan pendidikan. Kebetulan beberapa yang tertulis di blognya mbak ini mirip dengan apa yang sudah saya lakukan. Tapi masih terlalu banyak kekurangan. hasilnya juga masih sedikit. Saya Angga, baru mengajar 2 tahun, namun saya langsung mengajar di SMK yang kompleksitas siswanya lebih keren. terima kasih mbak Laras sudah membagi wawasan dari pengalamannya. Luar biasa. Semoga berkah ya, mbak. teruslah berbagi..wassalam.
@Angga Dwi
waalaikumsalam,…
sebenarnya mengajar di jenjang apapun tidak ada masalah. Saya malah kurang suka jika ada lulusan muda yang menyerah sebelum perang ketika diberi tanggungjawab untuk mengajar jenjang paling tinggi. Semangat ya,..maksudnya lebih keren gimana ya Pak Guru ? 🙂
Nuhun,..sudah mampir dan suka dengan tulisan saya 🙂
oh iya mbak. Sekadar berbagi juga. Saya pernah menghadapi siswa yang addicted sama FB. bahkan dalam satu kelas, lebih dari setengahnya FB-an selama di kelas. saya akhirnya memindahkan media pembelajaran di FB. saat saya masuk kelas, saya suruh anak berkelompok. kemudian komen2an di FB. yang saya komen dan dikomen kembali oleh siswa adalah saya mengoreksi status FBnya dengan bahasa yang baik dan benar, kemudian saya menentukan unsur kalimat yang ada disana (S-P-O-K dll). kemudian saya suruh siswa yang saya komen statusnya, mengomentari komentar saya dengan mencoba memperbaiki komentar saya yang salah dan memberi unsur kalimat (S-P-O-K dll) pada komentar saya. Lumayan, memanfgaatkan media kesukaan mereka sbg media pembelajaran..
@Angga
WAAAAAAW KEREEEEEN,…SEMANGAT SEMANGAT,…pak guru yang satu ini benar-benar memasuki dunia siswa ya 🙂