Menjadi wali Kelas yang Baik

    Bismillah,…

    Selama menjadi guru saya belum pernah mendapat tugas tambahan sebagai wali kelas. Namun,..saya sudah berbincang dengan teman saya. Beberapa teman yang mendapat tugas tambahan sebagai wali kelas berbagi pengalaman dalam bentuk cerita dan obrolan ringan. Perbincangan saya dengan mereka menghasilkan tulisan ringan ini 🙂

     

    Menjadi wali kelas di sekolah sama halnya menjadi orang tua ke dua setelah orang tua di rumah. Mejadi wali kelas yang baik bukan hal mudah, namun bisa diwujudkan dengan beberapa tips. Mengatur sejumlah siswa yang ada di kelas adalah skala paling kecil untuk belajar mengatur siswa yang ada di sekolah.Tak jarang wali kelas dipusingkan oleh siswa yang meminta perhatian lebih. Wali kelas juga harus bisa membuat kelasnya selalu “baik”.

     

    Pernah dengar kalimat ini, “Bu Lara,..anak-anak njenengan itu,…waduuuuuhhh super sekali. Sampai-sampai hilang semua akal saya”. kalimat ini biasa di dengarkan oleh wali kelas yang mengasuh siswa-siswa “luar biasa”. Atau kalimat ini, “Bu Lara,…rahasianya apa to bu,..saya kalo masuk kelas njenengan itu,…ayeeeem banget. Terkendali semuanya”. Ini selalu menjadi konsumsi wali kelas yang mengasuh siswa-siswa “unggulan”.

     

    Mengasuh kelas yang isinya siswa “luar biasa” atau “unggulan” sebenarnya bisa menggunakan teknik yang sama. Jalannya saja yang berbeda. Bisa lewat tol atau jalan tikus yang berkelok-kelok tapi sampai juga di tujuan. Menjadi wali kelas yang baik hanya perlu beberapa hal, yakni :

    1. Terapkan kontrak belajar. Penerapan kontrak belajar sangat berguna sebagai alat untuk siswa memahami hak dan keajibannya selama di sekolah. Khususnya di kelas. Kontrak belajar ini adalah peraturan yangn dibuat dari  musyawarah siswa dan walinya.
    2. Mengenal dengan baik ,masing-masing siswanya. Banyak dikalangan pendidik yang sering lupa dengan nama dan wajah siswanya. Namanya Lala dipanggil farida karena ada kemiripan wajah. Wajar kah ? wajar saja jika siswa yang masuk adalah angkatan baru. Namun, sebagai wali kelas hal ini harus diminimalisir. Salah satu caranya adalah membuat satu denah duduk dengan nama dan foto dari masing-masing siswa. Tempel saja di ruang kerja atau tempat yang mudah terlihat. Dengan sendirinya menghafal nama dan wajah siswa bisa dilakukan dengan cepat. Karena wali kelas harus kenal dan sayang pada semua siswanya.
    3. Curhat yuuuuuk. Istilah ini dipakai oleh salah seorang teman saya. Kebetulan menjadi wali kelas SMA. Sebulan sekali agenda “Curhat yuuuuk” dimasukkan dalam jadwal kelas. Waktu yang diambil adalah selepas jam sekolah usai. Supaya tidak mengganggu pelajaran. Dalam agenda ini semua masalah dibahas. Mulai dari keuangan kelas, masalah siswa dengan guru, siswa dengan siswa, hingga masalah pribadi siswa. Untuk masalah pribadi siswa biasa dilakukan dengan surat. Supaya privasi tetap terjaga.
    4. Siapkan kotak saran di luar atau di dalam kelas. Budayakan menulis segala hal yang bersangkutan dengan kelas. Sosialisasikan kotak saran ini kepada semua siswa dan pengajar di sekolah. Jika ada hal yang tidak bisa disampaikan secara lisan. Tulis dan masukkan di kotak saran kamu :). Supaya tetap terjaga kuci kotak saran tersebut. Untuk kotak saran dibuka tiap hari. Saran yang masuk diseleksi mana saran yang harus ditanggapi secepatnya, dan mana saran yang bisa menunggu dibahas di sesi “curhat yuuuuk”.
    5. Jangan pernah membicarakan siswa anda pada forum yang tak jelas. Alias forum rumpi 🙂 apapun yang terjadi pada kelas dan siswa, wali kelas bertugas mencari solusi dari setiap masalah yang ada. Bukan mengumbar masalah tersebut. Ada baiknya jika mencari solusi pada pengajar yang bersifat netral.
    6. Kunjungan ke rumah. Ada beberapa siswa yang kadang mencari perhatiannya terlalu berlebihan. sampai-sampai menguras tenaga dan emosi. Namun, jumlah mereka tidak banyak. jika kedapatan anak didik yang demikian, sebagai walinya harus bekerja sama dengan wali murid. Lakukan kunjungan ke rumah dengan niat silaturahmi dan mencari solusi atas masalah yang dihadapi siswa tersebut.
    7. Menjadi pendamping yang selalu ada. Sekolah biasanya ada kegiatan yang sifatnya kompetisi. Misalnya, peringatan hari pahlawan. Dirayakan dengan kegiatan lomba dan permainan. Sebagai wali kelas yang baik, hendaknya mendampingi ketika siswanya mengikuti kegiatan tersebut. Jika menang dalam suatu kompetisi berikan penghargaan. Jika belum beruntung jangan jadikan hinaan atau masalah.

     

    Tujuh hal tersebut adalah cara umum yang dilakukan teman-teman saya yang sudah terlebih dulu berpengalaman menjadi wali kelas. Kalau ada cara yang lain, yuuuk berbagi :). Menjadi wakil dari orang tua siswa tidak lah mudah. Semoga saja pengalaman ini bisa menjadi bacaan untuk pengajar-pengajar yang akan mengemban tugas sebagai wali kelas. Semangaaaaaat 😀

    Berlangganan ke Blog via Email

    Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

    Bergabung dengan 150 pelanggan lain

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Eksplorasi konten lain dari Lara Asih Mulya, S.Pd.

    Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

    Lanjutkan membaca