Bismillah,…
Sudah baca tulisan ini bunda ? Bunda di rumah aja ya,..kakak sekolah dulu. Dibaca dulu ya Bun. Supaya bunda dan ayah tidak salah paham dengan dampak negatif menunggui anak ketika sekolah (Tk). Dampak negatif tersebut tidak hanya terasa pada si kecil lo bunda, tapi berdampak pada diri bunda juga,…hayo,..mau siapa dulu nih yang dibahas ? kakak atau bunda ? barengan aja ya J
Perasaan senang dan bangga dapat mengikuti secara langsung perkembangan kakak di sekolah adalah hal wajar. Kesempatan ini jarang didapat oleh bunda yang bekerja atau berkarier. Apalagi jika kakak termasuk anak berprestasi di sana. Yuk, diingat lagi, tujuan bunda memasukkan kakak ke sekolah untuk apa sih ?
Lingkungan itu bermacam-macam. Ada yang baik, sederhana, bahkan yang kurang baik. Secara langsung atau pun tak langsung lingkungan akan membentuk karakter masyarakat yang tinggal di dalamnya. Contoh saja lingkungan rumah saya. Kiri, kanan, depan, belakang semua memahat patung batu. Alhasil seperti batu Hehehe.
Yuk, tinggalin patung dan Pemahatnya. Kembali ke sekolah. Sebelum memasukkan Qays (anak pertama saya ) ke taman anak-kanan. Kami sebagai orang tua melakukan seleksi. Ada sih sekolah TK yang deket. Lima langkah dari rumah, kayak lagu dangdut ya Bun Hehe. Pengajarnya pun tetangga dan teman saya waktu SD. Mohon maaf bukannya saya tidak percaya pada sistem pembelajaran pun pengajarnya. Saya kurang cocok dengan aturan sekolah yang mengijinkan para ibu menunggu di depan kelas. Malah diberi fasilitas berupa tempat duduk untuk penunggu. Lah, kapan Qays mandiri dan berani kalau begitu caranya.
Selama 2 minggu saya mengamati lingkungan Tk tersebut. Hasilnya adalah tulisan ini Bunda. Dampak negatif yang akan dirasakan bunda dan kakak jika berada dalam satu lingkungan (sekolah) adalah :
1. Banyaknya waktu yang terbuang sia-sia. Karena bunda berada di sekolah jam 7 pagi sampai jam 10 pagi. Tentunya bunda tidak melakukan banyak hal berguna. Selain duduk dan ngerumpi. Padahal waktu yang cukup luang ini bisa memicu bunda untuk lebih kreatif. Kalau kakak selama 3 jam di sekolah tentu sudah banyak program yang harus dilakukan. Mulai dari belajar etika hingga calistung.
2. Diawali dengan waktu yang banyak disia-siakan. Kegiatan berkelompok yang monoton tak jarang banyak menimbulkan godaaan untuk gossipin orang. Dari pada bunda ngomongin orang yang belum tentu kebenarannya, lebih baik bunda melakukkan hal yang ok. Misalnya, mencoba resep baru. Atau sekedar mempercantik rumah dengan suasana baru.
3. Kakak akan cenderung tergantung pada bunda. Tujuan kakak ke sekolah adalah menjadikannya anak yang lebih hebat. Baik dari segi fisik maupun mentalnya. Jika bunda berada terus menerus selama 2 tahun di TK untuk menemani kakak. Rasa percaya diri, kemandirian, dan keberanian kakak akan sedikit terlambat. Dibandingkan dengan anak yang biasa tanpa orang tua. Contoh ya bun, memakai sepatu. Jika ada bunda, pasti kakak akan merengek minta bunda yang pakaikan. Alasannya capek lah, ngantuklah, banyak deh. Ujung –ujungnya bunda ngalah toh ???? sedangkan anak yang tanpa orang tua akan berusaha sebisa dia untuk menggenakan sepatunya sendiri.
4. Semakin boros. Seperti yang saya utarakan di atas. Ketika di sekolah bunda akan sering berkelompok dengan banyak orang. Tak jarang menjadikan bunda terkotak-kotak. Banyaknya kumpulan ibu-ibu di sekolah menarik perhatian penjual. Mulai dari penjual sayuran, buah-buahan, hingga sendal jepit dan peralatan RT yang biasa dimuat becak. Awalnya mungkin biasa saja dan bisa mengatakan tidak. Lambat laun tergoda juga kan bun. Misal nih, di rumah masih ada melon yang di belah aja belum. Eeeeh ada tukang buah naga. Beli lah sebiji ini, murah J. Tanpa bunda sadari anggaran beli buah nambah J. Belum lagi kalau ada yang ngajak arisan. Mau nolak sungkan, nanti dikiranya ndak setia kawan lagi. Tapi kalau ikut, sebenarnya sudah tidak ada anggaran lagi. Ah,…ikut ajalah, rejeki ndak kemana.
Empat poin ini adalah poin terbesar yang perlu digarisbawahi. Mengapa ? karena Dari waktu yang sering terbuang percuma bunda tidak mendapatkan hal positif. Jika dibiarkan berlarut-larut bisa mematikan kreativitas. Akhirnya bunda ahli ngomongin orang. Hayooo ngaku deh, kalau ada ibu-ibu yang ndak doyan nongkrong di sekolah anaknya, pasti jadi “bintang tamu”. Ada saja yang dibahas, entah model rambut atau kerudungnya lah, fisiknya lah, anaknya lah,..waaahh banyak lah. Karena ngegossip itu kerjaan orang ga punya “kerjaan”. Hehe
Keberadaan bunda yang terus menerus di sekolah mematikan kemandirian, keberanian serta rasa percaya diri kakak. Merasa ada yang menjaga akhirnya kakak tidak belajar memecahkan masalahnya sendiri. Baik itu pada dirinya maupun dengan orang lain. Toh kakak punya senjata, tinggal ngambek, nangis, guling-guling di lantai, pasti bunda langsung datang. Hal ini yang harus dihindari. Semuanya demi masa depan kakak lo bun J
Yuk, jadi bunda yang cerdas !!! J