‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    Hai, apa kabar ? masih tertarik baca lanjutan yang kemarin ? Nikah Yuk.! #1 Dibikin santai aja ya ☺️ Nah, yang belum sempet baca awalnya boleh klik link diatas ya 😉

    Masih kerasa galau nya si gadis yang terpaksa nolak lamaran si pemuda. Bukan karena tidak cinta. Atau tidak mau diajak menikah. Tetapi dia cukup tahu diri. Bagaimana dia harus mengalah untuk cita-cita, keluarga dan masa depannya. Bagaimana dia harus berperan sebagai anak pertama, sekaligus seorang kakak yang dituntut memberikan contoh baik bagi adek-adeknya. Yah, begitulah hidup. Ada proses panjang, kadang pahit, kadang miris, bahkan hancur berantakan. Demi sebuah hasil dan tujuan yang dianggap orang, “Beruntung ya jadi dia, enak ya jadi dia, dan sebagainya”. Well, apakah mereka jadi menikah…?

    ‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    “Satu lagi, Nikah yuk..!” Ajak pemuda itu tegas. 
    ” Ya Allah, nikmat mana lagi yang aku dustakan”. Gumam dia dalam hati. Dan kali ini senyumnya sudah tak tertahan lagi. Bagaimana tidak gembira. Lelaki yang dulu ia tolak lamarannya. Ternyata……(boleh teriak ga nih). 😆🥰
    Tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Jawaban gadis itu seolah jadi lampu hijau, ” Mas serius ? kalau gitu aku tunggu bulan depan di rumah ketemu mama ya, Assalamu’alaikum.” 
    Si gadis pun berlalu setelah mendengar jawaban salamnya. Tanpa meninggalkan alamat, atau nomor telp. 
    Kira-kira sebulan kemudian kisah nya bagaimana nih ? 

    Setelah perbincangan yang singkat, si gadis berlalu. Melanjutkan perjalanan dan urusannya. Sama sekali tidak terpikirkan, “Kok, ndak aku kasih nomor telp sih tadi ? Ya Allah, gimana bisa dia nyamperin.” Baru disadari setelah sampai kos. Tentu saja hal ini mejadi pemikiran si gadis sampai berhari-hari. Tapi dia mencoba bertahan, tak mau terlalu risau. Ada keyakinan yang kuat, “Jodoh tak akan kemana…!” Walau yang ngincer dia ada dimana-mana 😆

    Qodarullah, pas sebulan berlalu. Eh lebih dikit sih. Si pemuda benar-benar mendatangi rumah si gadis. Paaaas banget si gadis sedang liburan. Si pemuda menemui mama si gadis namun tidak menyampaikan niatnya ke rumah mau ngapain. Katanya Hanya main.

    Tau nggak ? Si pemuda berkunjung dengan gaya yang bikin mama si gadis ragu luar biasa. Bagaimana tidak. Si pemuda menggunakan setelan celan jins robek, kaos oblong, dan rambut gondrong yang diwarna merah. 😣mewakili gaya anak “berandal” bagi pandangan orang tua mana pun saat itu.

    Luar biasa nya mama si gadis. Tetap ramah terhadap tamu putrinya itu. Namun, beliau tak sedetikpun meninggal kan mereka berdua. Tepatnya mama Si gadis lah yang lebih banyak ngobrol dengan pemuda itu. Karena ada saja tugas rumah yang diberikan kepada Si gadis. Tujuannya jelas, meminimalisir interaksi si pemuda dan si gadis.

    Selepas pemuda itu pulang, barulah mama si gadis berbicara serius.

    “Mbak, kamu serius ? yang disuka anak seperti itu ? Maaf ya mbak bukannya mama menghina atau bagaimana. tapi wajar mama ragu. Penampilannya seperti itu.” Tanya Mama si gadis.

    “Dari mana mama tau, kan mbak belum kasih tau Ma.” Sangkal si gadis.

    “Mama ini orang tua kamu, hafal dan paham. Mana mata yang lagi jatuh cinta. Mana mata yang biasa saja.” Tegas Mamanya.

    ” Mama ndak bisa nilai orang cuma dari penampilannya aja Ma.” Si gadis mencoba membela pilihannya.

    “Mama paham, tapi siapa yang percaya kalau begitu penampilannya, Sholatnya gimana? bisa jadi imam ? bisa ngaji ? Terus pekerjaan dari internet itu apa ? halal ? ” Si gadis di cerca banyak pertanyaan.

    “Bisa Ma, bisa semua, dulu dia terbaik di sekolah. Kalau Mama ndak percaya mama boleh buktikan sendiri.” Ujar si Gadis kembali menegaskan bahwa pilihannya baik. “Pekerjaannya InsyaAllah halal Mama, Penghasilannya emang dari Internet, Jelasinnya rumit Ma. Nanti kami jelaskan pelan-pelan.”

    “Mama minta mbak fokus sama cita-cita, lulus dengan baik. kasih contoh yang baik untuk adek-adek. Kurang-kurangin ngerespon yang ndak penting. Kalau bisa ndak usah sering-sering main ke rumah.” Begitulah bentuk kekhawatiran Mama Si Gadis.

    Si gadis tentu saja tidak menyerah dengan kondisi ini. Dia meyakinkan terus bahwa pemuda ini InsyaAllah baik untuk masa depannya. Pemuda ini sering mampir ke lingkungan rumah si gadis. Walau hanya sekedar numpang sholat di musholla dekat rumah si gadis. Kemudian pulang begitu saja. Tak jarang, dia mampir hanya menitipkan coklat untuk si gadis. Walau coklat yang ia titipkan tidak boleh di makan oleh Mamanya. Siapa yang makan ? adek-adek nya. Nyebelin ? tentu saja. 😖Coklatnya kan ndak salah apa-apa to ? 😭

    Lagian si Pemuda kenapa sih datang dengan gaya seperti itu ?

    Kenapa tidak berpenampilan yang wajar-wajar saja ?

    kenapa juga rambutnya di cat warna merah ?

    Kan jadinya ga ngasih kesan baik ?

    Gimana bisa diterima lamarannya kalau kesan pertama berantakan ?

    Terus gimana ? Nikah Yuk #3 boleh ya ?

    Berlangganan ke Blog via Email

    Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

    Bergabung dengan 150 pelanggan lain

    One Comment

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Eksplorasi konten lain dari Lara Asih Mulya, S.Pd.

    Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

    Lanjutkan Membaca