بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Hai, Apa kabar ? Masih mau baca part 3 nya..? Maaf ya dibikin gemes, kenapa sih ga langsung ending aja. Kalau dibikin gitu ndak ada iklan nya dong 😅. Kan, kalau di tipi-tipi gitu ya. Baiklah, Nikah Yuk..! #1 done. Nikah Yuk..! #2 done. Ready to #3 ? Yuuuuk sini 😉
Mama paham, tapi siapa yang percaya kalau begitu penampilannya, Sholatnya gimana? bisa jadi imam ? bisa ngaji ? Terus pekerjaan dari internet itu apa ? halal ? ” Si gadis di cerca banyak pertanyaan.
cuplikan nikah yuk..!#2
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Ketika ada pepatah, tak kenal maka tak sayang. Maka itulah yang sedang terjadi antar Mama si gadis dan si pemuda. Pandangan orang tua seperti beliau jelas bertentangan dengan penampilan si pemuda. Tentunya banyak harapan baik yang harus dipertahankan. Maklum saja, anak pertama perempuan. Perlakuannya harus berbeda. Setidaknya Mama si gadis menginginkan nasib baik untuknya dimasa depan.
Sabar nya si pemuda ini. Menyikapi sikap orang tua si gadis dari sisi yang berbeda. Tetap sabar, dan mencoba memahami sudut pandang mengapa beliau bersikap demikian. Setiap kali berkunjung ke rumah. Yang menemui bukan si gadis tetapi Mamanya. Namun, si pemuda tetap pada sikapnya. Tidak masalah dengan hal tersebut. Suasana demikian berlangsung dalam waktu yang lama. Hingga sikap Mama si Gadis berubah, membaik, dan lebih open.
Sampai pada kesempatan, si pemuda memberanikan diri melamar si gadis. Benar-benar menyampaikan perasaannya. Dan niatnya untuk menikahi si gadis.
“Ma, saya cinta sama anak Mama, Saya ndak mau berlama-lama. Saya ingin melamar dan menikah segera.”. Ujar si pemuda itu dengan singkat.
Mama si gadis hanya terdiam. Seolah memahami hal ini akan segera terjadi juga. Kemudian Mama si gadis berkata, “Gini aja Mas, Mama paham yang kamu rasakan dan maksudkan. Tapi mama butuh berpikir dulu. Tapi sebelumnya Mama pengen, kamu memastikan reaksi dan tanggapan keluarga mu Mas. Mama ndak mau ada salah satu yang tidak setuju dengan niat baik ini. Terlebih usia kalian masih muda. Jangan Sembrono.”
Si pemuda mengiyakan syarat tersebut. Untuk memastikan pihak keluarganya bisa menerima dan memahami niat dan keinginannya itu. Tanpa piir panjang, si pemuda pamit pulang. Sebelum pulang, Mama si gadis berpesan. ” Bulan Depan, baru boleh kamu datang lagi kesini ya Mas, Mama tunggu hasil musyawarah dengan keluargamu.”
Semuanya saling sepakat, Mama si gadis langsung mendiskusikan hal ini dengan keluarga. Terlebih dengan kakek si gadis. Kakek si gadis meminta semua nya sholat istiqarah. Selama proses itu berlangsung. Hati si gadis kacau. Over thingking, ndak karu-karuan. Disisi lain apa yang dikatakan mama benar. Kami masih sama-sama muda.
Apa keluarganya akan setuju ? Kalau tidak ? bagaimana dengan kami ? Apa Mama akan menerima ? Lalu , apakah kami siap berumah tangga sembari menjalankan kewajiban menuntut ilmu ? Apakah aku pribadi siap menjalankan kewajibanku sebagai istri sembari menjalani kuliahku ? Ya Allah, kenapa jadi gini Ya Allah 😔 Bukankah Mama sudah sering menasehatiku untuk fokus. Ah sudah lah…
Dalam kegelisahannya, Si gadis menjalankan semua anjuran kakeknya. Untuk memohon dan melibatkan Allah dalam setiap keresahan dan keputusannya. Sampai suatu malam selepas sholat si gadis bermimpi. Dalam mimpinya, Ia begitu cantik dan anggun dalam balutan gaun panjang. Dengan riasan yang sempurna. Namun, dalam penampilannya itu dia tidak mengenakan hijab. bertolak belakang dengan kesehariannya. Dan anehnya, pemuda itu lah yang menyambut kedatangannya.
Esok harinya, si gadis menceritakan mimpinya pada Mamanya. Dia menceritakan dengan detail setiap mimpinya. “Masak mimpinya begitu Ma, ga masuk akal banget. Masak jadinya malah ndak pakai hijab.”.
Sembari memotong sayuran Mama berkata, “Ya udah, mbak ndak usah bigung, gaunnya kan panjang. Bawa aja ke penjahit, suruh potong sebagian. Diatur biar bisa jadi hijab.” MasyaAllah, kalimat yang diucapkan mama seolah menjadi obat kegelisahan dan lampu hijau yang terang benderang untuk menerima lamarannya. 🥰
Kakek si gadis, meminta si pemuda datang ke rumah sore ini. Lelaki yang dipanggil Abah itu, memang sangat dekat dengan si gadis. Maklum saja, karena si gadis sedari kecil sudah tidak bersama ayahnya. “Abah juga udah sholat kok, InsyaAllah dia baik, sholeh. Tapi abah pengen tau satu hal dulu. Pokoknya sore ini Abah mau buktikan.”
Sore itu, Si pemuda memenuhi undangan kakek si gadis. Setelah bebrapa saat ngobrol. Abah meminta kami semua untuk ambil wudhu dan sholat berjamaah di rumah. “Maghrib ini tidak usah ke musholah. Sholat berjamaah di rumah saja. Mas, (Melihat ke arah si pemuda) jadi imam ya.” Si pemuda mengangguk tanpa terpaksa. Ternyata, oh ternyata Abah menguji bagaimana sholat dan bacaan Qur’an si pemuda dengan cara itu. Baru juga Ayat ke dua Al-Fatihah sholat si gadis batal. Lah dia cengar-cengir ndak fokus…ayooo ulang..!
Selepas sholat, si gadis tidak diijinkan Abah untuk ikut ngobrol di depan. Dari dalam ia m,encuri dengar apa yang Abah sampaikan pada si pemuda. Tak lama kemudian ia pamit pulang. Si gadis hanya bisa curi pandang dari dalam. Dan merelakan suara motor nya berlalu. Tentu saja si gadis pensaran, apa saja yang mereka bincangkan.
“Abah, tadi teh ngobrol apa aja sama Mas ?” Tanya si gadis.
Sembari nyeruput kopi. Abah menjawab, “Abah Cuma bilang, kalau si Mas memang bener-bener serius niat nikahin kamu. Abah suruh jangan lama-lama. Terus tadi teh waktu sholat emang abah sengaja. Biar Mama kamu paham dan ga penasaran lagi. Si MAs itu bisa ngaji apa enggak, sholatnya bener apa enggak. Biar si mamah enggak bawel lagi. Tampangnya emang kayak gitu. Tapi Abah yakin kok dia baik, sholeh InsyaAllah.”
Aaaaaaaahhhhhh Abah udah bilang kek gitu tuh berarti “IYEEEEEESSS”. Dan sebulan setelah pertemuan itu, si pemuda benar-benar membawa keluarga besarnya. Untuk mengutarakan niat baiknya, yakni melamat si gadis untuk menjadi Istrinya.
Jumat pagi kala itu, sungguh berbeda dan luar biasa. Si Mas tampil beda dengan gaya yang super rapih. Tidak lagi menggunakan celana jins sobek lututnya. Tidak lagi berkaos oblong dan rambut merah panjang acak-acakan. Ia mengenakan kemeja berwana biru. Lengan panjang yang di lipat sampai siku. Celana kain hitam, dan sepatu running warna abu-abu muda. Lengkap dengan senyum manis yang menawan. Bener -bener Jumat Berkah 🤩
Eeeh Astaghfirullah, mata, mata, kok jelalatan sih. Maafin ya Mas. 😖😖😖
Jumat Itu, Allah mudahkan semua urusan mereka sekeluarga. Kejutannya, Ibu Mas, tidak mau terlalu lama. Beliau mau pernikahan dilaksankaan bulan depan.
Begitulah kisah singkatnya, Mereka menikah pada hari Jumat, 20-juni-2008, dengan mas kawin uang tunai sejumlah Rp.206.800,- (Dua Ratus enam Ribu Delapan Ratus Rupiah). Dengan ijab qobul dalam bahasa arab “Halaan….!”.
Alhamdulillah,…! 🥰
Tinggalkan Balasan